10 June 2020

[Resensi] Komet Minor


Pertarungan melawan si Tanpa Mahkota akan berakhir di sini. Siapa pun yang menang, semua berakhir di sini, di Klan Komet Minor, tempat aliansi Para Pemburu pernah dibentuk, dan pusaka hebat pernah diciptakan.

Dalam saga terakhir melawan si Tanpa Mahkota, aku, Seli dan Ali menemukan teman seperjalanan yang hebat. Bersama-sama kami melewati berbagai rintangan, memahami banyak hal, berlatih teknik baru, dan bertarung bersama-sama.

Inilah kisah kami. Tentang persahabatan sejati. Tentang pengorbanan. Tentang ambisi. Tentang memaafkan.

Namaku Raib, dan aku bisa menghilang.

resensi komet minor, komet minor tere liye, novel tere liye, novel komet minor, novel tere liye baru, novel baru

Penulis: Tere Liye

Co-author: Diena Yashinta

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Cover: Orkha Creative

Tebal: 376 halaman

ISBN: 9786020623399

Pada cerita sebelumnya, Raib, Seli dan Ali berhasil sampai di Pulau Hari Minggu yang merupakan tempat untuk membuka portal ke Klan Komet Minor. Tapi ternyata teman seperjalanan mereka, Max, adalah si Tanpa Mahkota yang sedang menyamar. Dan dengan mudahnya dia mengalahkan mereka bertiga untuk masuk ke portal.

Tiba-tiba di kejauhan tampak ikan besar yang sedang menuju ke arah mereka. Semakin lama semakin dekat. Di saat yang genting itu, tiba-tiba dari saku celana Ali keluar sebuah cermin berlian dan dari cermin itu keluarlah sosok yang besar dengan wajah yang menyeramkan. Batozar.

Tanpa banyak bicara, Batozar membawa Ali, Raib dan Seli berteleportasi ke Pulau Hari Minggu, tepat saat si ikan besar membuka mulutnya dan menelan Pulau Hari Minggu masuk ke dalam perutnya. Ternyata ikan ini adalah portal yang membawa mereka langsung ke Klan Komet Minor.

Si Tanpa Mahkota marah ketika mengetahui Raib, Seli dan Ali mengikutinya ke Klan Komet Minor, ditambah adanya Batozar yang tampaknya tidak takut dengan si Tanpa Mahkota. Terjadilah pertarungan antara si Tanpa Mahkota dan Batozar. Batozar menggunakan teknik Perfettu dan berhasil menotok si Tanpa Mahkota sesaat sebelum Pulau Hari Minggu sampai di dasar perut ikan dan hancur.

Mereka sampai di tengah hutan di Klan Komet Minor. Batozar mengajak mereka segera bergegas untuk pergi mencari pemukiman penduduk atau tempat yang aman sebelum si Tanpa Mahkota lepas dari pengaruh totokan.

Mereka berteleportasi melintasi hutan. Tanaman dan hewan yang ada di hutan ini berukuran dua kali lebih besar dari ukuran yang ada di bumi. Serangga berukuran besar, tanaman berukuran besar dan rata-rata ada cairan hijau yang menempel di tubuhnya, yang merupakan racun. Karena itu mereka harus berputar-putar untuk mencari makanan dan minuman yang tidak ada cairan hijaunya.

Pada malam hari, mereka harus menginap di hutan ini karena belum menemukan pemukiman penduduk. Batozar yang sudah biasa hidup di alam liar dengan sigap menyiapkan tiga tempat tidur dari kulit pohon untuk Ali, Raib dan Seli. Sedangkan dia sendiri beridiri berjaga sepanjang malam.

Keesokan paginya, Batozar membangunkan mereka pagi-pagi sekali untuk berlatih. Baru kali ini mereka punya guru yang melatih mereka bertarung. Keseruan mereka berlatih membuat cacing yang ada di bawah tanah terganggu. Cacing itu keluar dan menyerang mereka. Ketika cacing itu diserang, tubuhnya membelah dan jumlahnya menjadi berlipat. Ketika ada cacing yang mati, cacing yang lain akan menolongnya dan cacing itu akan hidup lagi, semakin lama jumlahnya semakin banyak.

Salah satu cacing berhasil menangkap Seli dan berusaha menariknya masuk ke dalam lubang tanah. Karena cacing ini akan terus bertambah jika diserang, maka Batozar memutuskan untuk memperbanyak tubuhnya dan menyerang semua cacing secara serentak supaya tidak ada cacing yang saling menghidupkan.

Mereka bisa membasmi cacing-cacing itu dan membebaskan Seli, tapi ternyata kaki Seli sudah digigit dan ada cairan hijau di tubuhnya. Raib segera melakukan teknik penyembuhan untuk menolong Seli. Semua racunnya sudah bisa dikeluarkan, tapi ternyata pengaruh racun itu masih ada di tubuh Seli. Tubuhnya masih lemas dan badannya panas.

Mereka harus bergegas mencari pemukiman penduduk untuk mencari informasi tentang pusaka yang sedang dicari, dan sekaligus mengobati Seli. Mereka baru melintaasi padang rumput ketika Batozar mendeteksi ada sesuatu yang datang dari udara. Tiba-tiba sebuah kota muncul di padang rumput dengan berteleportasi.

Apakah mereka bisa medahului si Tanpa Mahkota dalam mencari pusaka itu?

Baca juga: Komet

Di petualangan ini, Raib, Seli dan Ali beruntung sekali karena dipandu oleh Batozar, yang dikenal dengan Sang Pengintai. Mereka seperti memiliki guru dan pemandu dalam setiap langkah. Karena memang petualangan di Klan Komet Minor ini tidak mudah. Apalagi mereka harus melawan si Tanpa Mahkota yang memang bukan tandingan mereka.

Kota-kota di klan ini juga lebih modern dibanding kota-kota sebelumnya. Dan di petualangan ini mereka bertemu dengan tokoh-tokoh baru yang membantu mereka. Ide untuk klan ini sangat unik, dimana kota-kota bisa berteleportasi dan berpindah semuanya, jadi tidak hanya penduduknya tapi disertai dengan pemukimannya. Hal ini dikarenakan kondisi klan ini yang terdiri dari hutan-hutan dengan binatang-binatang yang berbahaya.

Buku ini adalah seri terakhir petualangan Raib, Seli dan Ali melawan si Tanpa Mahkota. Tapi jangan khawatir, masih ada seri-seri  petualangan lain yang tidak kalah serunya. 


post signature

09 April 2019

[Resensi] Sadako Sasaki


“Sadako Sasaki was two years old when she experienced the atomic bombing. The powerful message she proclaimed throughout her entire life still resonate with us all. Peace in our world can be achieved not through holding grudges but through striving to live our lives with compassion for others.”

novel sadako sasaki, novel bom atom hiroshima, novel hiroshima, novel cerita jepang

01 February 2019

[Resensi] Komet


Setelah “musuh besar” kami lolos, dunia paralel dalam situasi genting. Hanya soal waktu, kapan pun pertempuran besar akan terjadi. Bagaimana jika ribuan petarung yang bisa menghilang, mengeluarkan petir, termasuk teknologi maju lainnya muncul di permukaan Bumi? Tidak ada yang bisa membayangkan kekacauan yang akan terjadi. Situasi menjadi lebih rumit lagi saat Ali, pada detik terakhir, melompat ke portal menuju Klan Komet. Kami bertiga tersesat di klan asing untuk mencari pusaka paling hebat di dunia paralel.

resensi komet, resensi novel tere liye, resensi novel komet, komet tere liye, novel komet tere liye, novel tere liye

17 December 2018

[Resensi} Ceros dan Batozar


Awalnya kami hanya mengikuti karyawisata biasa seperti murid-murid sekolah lain. Hingga Ali, dengan kegeniusan dan keisengannya, memutuskan menyelidiki sebuah ruangan kuno. Kami tiba di bagian dunia paralel lainnya, menemui petarung kuat, mendapat kekuatan baru serta teknik-teknik menakjubkan. Dunia paralel ternyata sangat luas, dengan begitu banyak orang hebat di dalamnya.

novel ceros dan batozar, ceros dan batozar, novel tere liye, tere liye buku, buku tere liye, novel tere liye terbaru, novel karya tere liye


03 December 2018

[Resensi] Crazy Rich Asians


When American-born Rachel Chu agrees to spend the summer in Singapore with her boyfriend, Nicholas Young, she envisions a humble family home and quality time with the man she hopes to marry. But Nick has failed to give his girlfriend a few key details. One, that his childhood home looks like a palace; two, that he grew up riding in more private planes than cars; and three, that he just happens to be the country’s most eligible bachelor.

On Nick’s arm, Rachel may as well have a target on her back the second she steps off the plane, and soon, her relaxed vacation turns into an obstacle course of old money, new money, nosy relatives, and scheming social climbers.

resensi cracy rich asians, novel crazy rich asians, novel kevin kwan, crazy rich asians, crazy rich asians book, rich asians book, kwan books, crazy asians book, crazy rich asians kevin kwan