“Sadako Sasaki was two years old when she experienced the
atomic bombing. The powerful message she proclaimed throughout her entire life
still resonate with us all. Peace in our world can be achieved not through
holding grudges but through striving to live our lives with compassion for
others.”
Judul: The Complete Story of Sadako Sasaki
Penulis: Sue DiCicco dan Masahiro Sasaki
Penerbit: Armed with the Arts, Inc.
Penerjemah: Naomi Nakagoshi
Editor: Karen Adams
First Edition
Tebal 143 halaman
Bahasa Inggris
ISBN: 978-1-938193-01-9
Sadako Sasaki lahir pada tanggal 7 Januari 1943. Sada
berarti kebahagiaan, Sadako berarti anak yang selalu bahagia. Pada tahun itu,
Perang Dunia II sedang berkecamuk. Ayah Sadako seorang tukang cukur, tapi
beberapa bulan setelah Sadako lahir, ayahnya harus begabung dengan militer
untuk membantu peperangan. Sadako tinggal bersama ibu, nenek dan kakaknya di
Hiroshima.
Kehidupan selama peperangan tidak mudah, tapi ayah dan ibu
Sadako selalu berusaha tidak memperlihatkan kesulitan kehidupan mereka kepada anak-anaknya.
Pada masa itu, Amerika sering menjatuhkan bom di seluruh Jepang, Karena itu,
ketika pesawat Amerika melintas di angkasa, alarm akan berbunyi, dan penduduk
Hiroshima akan segera bergegas menuju shelter yang sudah ditentukan, dan
menunggu hingga keadaan aman kembali.
Pada bulan Agustus 1945, terdengar kabar bahwa Hiroshima
akan menjadi salah satu target pengeboman oleh Amerika. Setiap malam alarm
selalu terdengar, dan penduduk Hiroshima berbondong-bondong menuju shelter. Ada
yang memutuskan untuk pindah ke tempat lain hingga keadaan aman.
Pagi hari tanggal 6 Agustus 1945, alarm terdengar. Penduduk
menuju shelter, tapi tidak terjadi apa-apa, dan penduduk kembali beraktifitas
seperti biasa. Ternyata pesawat yang pertama hanya bertugas untuk mengecek
keadaan. Lalu datanglah pesawat berikutnya yang membawa bom atom.
Sebelum terjadi ledakan, penduduk melihat benda yang
bersinar di langit. Lalu kota Hiroshima dipenuhi cahaya yang sangat terang
ketika bom atom itu meledak di ketinggian 600 meter di atas permukaan tanah. Kota
Hiroshima menjadi panas ketika suhu mencapai 3.000 sampai 4.000 derajat
Celcius.
Sadako terlempar keluar ketika rumahnya meledak. Anggota
keluarganya tertimbun reruntuhan rumah mereka. Tapi kondisi mereka tidak
terlalu parah. Rumah di Jepang kebanyakan terbuat dari kayu, sehingga mudah
terbakar. Sadako dan keluarganya berusaha menuju tempat yang lebih aman. Tapi
neneknya berusaha untuk kembali ke rumah ingin mengambil barang peninggalan
kakeknya. Dan akhirnya diketahui bahwa nenek Sadako meninggal di reruntuhan
rumahnya.
Keadaan kota Hiroshima saat itu sangat mengerikan. Mayat
begelimpangan di mana-mana. Rumah-rumah terbakar dan beberapa sudah rata dengan
tanah. Asap dari ledakan membumbung di angkasa membentuk jamur besar. Lama-lama
langit menghitam lalu menurunkan hujan yang berwarna hitam dan lengket. Hujan
ini mengandung radioaktive dari ledakan bom. Sadako dan keluarganya berhasil
mengungsi ke kota kelahiran ibu Sadako.
Kehidupan keluarga Sadako setelah itu tidaklah mudah.
Kondisi keuangan mereka masih belum stabil. Apalagi Sadako memiliki dua orang
adik. Ayah dan ibunya tidak pernah memperlihatkan kesusahan hidup mereka, tapi
Sadako adalah anak yang peduli terhadap keluarganya, dia tahu kesulitan
keluarganya.
Sejak kecil Sadako selalu membantu keluarganya, membantu
ayahnya di barber shop. Sadako adalah anak yang jarang sakit, tapi ketika dia
duduk di kelas enam SD, kesehatannya mulai menurun. Dia harus menjalani
beberapa tes kesehatan, hingga akhirnya diketahui bahwa dia mengidap Leukimia,
yang merupakan efek dari ledakan bom atom.
Bagaimana kehidupan Sadako setelah itu?
Untuk mengenang peristiwa ledakan bom atom ini, di Hiroshima
dibangun museum untuk mengenang peristiwa ini. Ketika aku berkunjung ke sini,
kebetulan museum sedang dalam renovasi, jadi tidak bisa melihat ke dalam. Tapi
ada ruang pameran sementara yang berisi ringkasan dari peristiwa ini. Dan buku
ini pun aku beli di situ.
Di buku ini diceritakan bagaimana keadaan penduduk biasa
pada masa-masa peperangan. Bagaimana peperangan membuat kehidupan mereka berat,
baik materi ataupun fisik mereka. Ketika mereka tidak memiliki uang untuk
membeli makanan, bahkan makanan yang diberikan pun harus dibatasi.
Sadako merupakan salah satu dari banyak sekali korban bom
atom. Mereka yang selamat ketika bom atom meledak, belum tentu bisa hidup
selamat dan sehat hingga akhir hayat mereka. Efek ledakan itu justru lebih
hebat dari ledakan itu sendiri. Banyak yang terserang penyakit setelah ledakan
bahkan beberapa tahun setelah ledakan, seperti Sadako. Dan pada masa itu,
Leukimia merupakan penyakit yang belum bisa disembuhkan.
Sadako menjadi terkenal karena ketika dia dalam masa
perawatan di rumah sakit, dia membuat seribu crane origami, yang dipercaya akan
mengabulkan semua keinginan. Tentu saja keinginan Sadako pada saat itu ialah
untuk sembuh dari penyakitnya.
Untuk mengenang perjuangan Sadako melawan penyakitnya,
dibangunlah patungnya dan diletakkan di Peace Memorial Park di Hiroshima. Bila
teman-teman punya kesempatan untuk datang ke Hiroshima, sempatkan untuk datang
ke tempat ini, dan kunjungi museumnya.
Pesan yang ingin disampaikan melalui buku ini yaitu, mari
kita ciptakan perdamaian. Karena peperangan mempunyai efek yang tidak baik,
yang tidak berperang pun akan ikut merasakan dampaknya. Peperangan tidak hanya
berdampak jangka pendek tapi juga jangka panjang. Mari ciptakan perdamaian di
dunia, sehingga tidak akan ada Sadako yang linnya.
No comments:
Post a Comment
enjoy your reading and don't forget to leave comment here