Dalam saga terakhir melawan si Tanpa Mahkota, aku, Seli dan Ali menemukan teman seperjalanan yang hebat. Bersama-sama kami melewati berbagai rintangan, memahami banyak hal, berlatih teknik baru, dan bertarung bersama-sama.
Inilah kisah kami. Tentang persahabatan sejati. Tentang pengorbanan. Tentang ambisi. Tentang memaafkan.
Namaku Raib, dan aku bisa menghilang.
Penulis: Tere Liye
Co-author: Diena Yashinta
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cover: Orkha Creative
Tebal: 376 halaman
ISBN: 9786020623399
Pada cerita sebelumnya, Raib, Seli dan Ali berhasil sampai di Pulau Hari Minggu yang merupakan tempat untuk membuka portal ke Klan Komet Minor. Tapi ternyata teman seperjalanan mereka, Max, adalah si Tanpa Mahkota yang sedang menyamar. Dan dengan mudahnya dia mengalahkan mereka bertiga untuk masuk ke portal.
Tiba-tiba di kejauhan tampak ikan besar yang sedang menuju ke arah mereka. Semakin lama semakin dekat. Di saat yang genting itu, tiba-tiba dari saku celana Ali keluar sebuah cermin berlian dan dari cermin itu keluarlah sosok yang besar dengan wajah yang menyeramkan. Batozar.
Tanpa banyak bicara, Batozar membawa Ali, Raib dan Seli berteleportasi ke Pulau Hari Minggu, tepat saat si ikan besar membuka mulutnya dan menelan Pulau Hari Minggu masuk ke dalam perutnya. Ternyata ikan ini adalah portal yang membawa mereka langsung ke Klan Komet Minor.
Si Tanpa Mahkota marah ketika mengetahui Raib, Seli dan Ali mengikutinya ke Klan Komet Minor, ditambah adanya Batozar yang tampaknya tidak takut dengan si Tanpa Mahkota. Terjadilah pertarungan antara si Tanpa Mahkota dan Batozar. Batozar menggunakan teknik Perfettu dan berhasil menotok si Tanpa Mahkota sesaat sebelum Pulau Hari Minggu sampai di dasar perut ikan dan hancur.
Mereka sampai di tengah hutan di Klan Komet Minor. Batozar mengajak mereka segera bergegas untuk pergi mencari pemukiman penduduk atau tempat yang aman sebelum si Tanpa Mahkota lepas dari pengaruh totokan.
Mereka berteleportasi melintasi hutan. Tanaman dan hewan yang ada di hutan ini berukuran dua kali lebih besar dari ukuran yang ada di bumi. Serangga berukuran besar, tanaman berukuran besar dan rata-rata ada cairan hijau yang menempel di tubuhnya, yang merupakan racun. Karena itu mereka harus berputar-putar untuk mencari makanan dan minuman yang tidak ada cairan hijaunya.
Pada malam hari, mereka harus menginap di hutan ini karena belum menemukan pemukiman penduduk. Batozar yang sudah biasa hidup di alam liar dengan sigap menyiapkan tiga tempat tidur dari kulit pohon untuk Ali, Raib dan Seli. Sedangkan dia sendiri beridiri berjaga sepanjang malam.
Keesokan paginya, Batozar membangunkan mereka pagi-pagi sekali untuk berlatih. Baru kali ini mereka punya guru yang melatih mereka bertarung. Keseruan mereka berlatih membuat cacing yang ada di bawah tanah terganggu. Cacing itu keluar dan menyerang mereka. Ketika cacing itu diserang, tubuhnya membelah dan jumlahnya menjadi berlipat. Ketika ada cacing yang mati, cacing yang lain akan menolongnya dan cacing itu akan hidup lagi, semakin lama jumlahnya semakin banyak.
Salah satu cacing berhasil menangkap Seli dan berusaha menariknya masuk ke dalam lubang tanah. Karena cacing ini akan terus bertambah jika diserang, maka Batozar memutuskan untuk memperbanyak tubuhnya dan menyerang semua cacing secara serentak supaya tidak ada cacing yang saling menghidupkan.
Mereka bisa membasmi cacing-cacing itu dan membebaskan Seli, tapi ternyata kaki Seli sudah digigit dan ada cairan hijau di tubuhnya. Raib segera melakukan teknik penyembuhan untuk menolong Seli. Semua racunnya sudah bisa dikeluarkan, tapi ternyata pengaruh racun itu masih ada di tubuh Seli. Tubuhnya masih lemas dan badannya panas.
Mereka harus bergegas mencari pemukiman penduduk untuk mencari informasi tentang pusaka yang sedang dicari, dan sekaligus mengobati Seli. Mereka baru melintaasi padang rumput ketika Batozar mendeteksi ada sesuatu yang datang dari udara. Tiba-tiba sebuah kota muncul di padang rumput dengan berteleportasi.
Apakah mereka bisa medahului si Tanpa Mahkota dalam mencari pusaka itu?
Di petualangan ini, Raib, Seli dan Ali beruntung sekali karena dipandu oleh Batozar, yang dikenal dengan Sang Pengintai. Mereka seperti memiliki guru dan pemandu dalam setiap langkah. Karena memang petualangan di Klan Komet Minor ini tidak mudah. Apalagi mereka harus melawan si Tanpa Mahkota yang memang bukan tandingan mereka.
Kota-kota di klan ini juga lebih modern dibanding kota-kota sebelumnya. Dan di petualangan ini mereka bertemu dengan tokoh-tokoh baru yang membantu mereka. Ide untuk klan ini sangat unik, dimana kota-kota bisa berteleportasi dan berpindah semuanya, jadi tidak hanya penduduknya tapi disertai dengan pemukimannya. Hal ini dikarenakan kondisi klan ini yang terdiri dari hutan-hutan dengan binatang-binatang yang berbahaya.
Buku ini adalah seri terakhir petualangan Raib, Seli dan Ali melawan si Tanpa Mahkota. Tapi jangan khawatir, masih ada seri-seri petualangan lain yang tidak kalah serunya.