13 June 2017

[Resensi] Konstelasi Rindu

[Resensi] Konstelasi Rindu

Akhirnya Rindu Vanilla menyandang status mahasiswa arsitektur. Ia akan belajar mendesain bangunan menakjubkan seperti Menara Eiffel, atau gedung pertunjukan seperti Sydney Opera House, atau taman buatan Gaudi, mungkin juga mendesain barisan pencakar langit yang menghutan di New York City, atau mal, atau... rumah, tentu saja. Untuk seseorang yang ia kasihi.
Namun di hari pertama kuliah, ia sadar menjadi arsitek tidak semudah yang dibayangkan. Berkutat dengan garis lurus selama seminggu penuh, lembur hanya untuk mengarsir, bukan bagian dari impian indahnya.
Menjadi arsitek juga menjadi impian Djo, Bening, Langit, Sherin, dan Saras. Bersama-sama mereka menjadi bagian dari konstelasi Rindu dalam menjalani kehidupan kampus. Bagaimana mereka belajar memaknai setarik garis yang menghubungkan impian mereka masing-masing?

resensi novel konstelasi rindu, konstelasi rindu, novel konstelasi rindu


Penulis: Farah Hidayati

Desain sampul: Farah Hidayati

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Hari pertama kuliah. Rindu sangat bersemangat. Selasar kampus ramai dengan mahasiswa. Kuliah diawali dengan perkenalan para dosen dan penjelasan singkat tentang Studio Perancangan Arsitektur.
Pelajaran ini adalah pelajaran paling mendasar tentang arsitektur, dan mereka akan memulai pelajaran dengan membuat garis. Para mahasiswa harus bisa membuat garis yang lurus dan konstan tanpa bantuan penggaris. Hari keempat kuliah, Rindu masih berkutat dengan garis-garisnya. Ini tak semudah yang dibayangkannya.

Langit menemukan buku agenda yang terjatuh di dekat mejanya. Sketsa wanita yang ada di agenda membuatnya memutuskan untuk membawa buku agenda itu. Langit membolak-balik buku  agenda dan menemukan nama pemiliknya. Rindu Vanilla. Langit tidak pernah tahu ada temannya yang bernama itu.

Ketika sampai di bagian belakang buku, ada beberapa uang ratusan ribu. Langit tidak mau dibilang pencuri, maka ia memutuskan untuk mengembalikan buku itu. Langit menelepon nomor yang tertera di buku.

Rindu menyuruh penelpon untuk membawa buku agendanya besok. Rindu yakin bahwa yang membawa buku agendanya adalah Djo, dan dia berpesan supaya uang yang ada di agenda jangan sampai hilang.

Keesokan hari, Langit menghampiri Rindu dan Bening di selasar kampus. Dia membuka tasnya dan mengeluarkan segala isinya, tapi buku agenda itu tidak ada di tasnya. Langit berpura-pura meminta kertas berwarna kepada Rindu dan Bening supaya mereka tidak bingung.

Rindu menagih buku agendanya kepada Djo, tapi Djo bersikeras bahwa bukan dia yang membawanya ataupun yang menelpon Rindu kemarin. Rindu menunggu sampai akhir kuliah, tapi tidak ada seorang pun yang mengembalikan buku agendanya. Dia menelepon nomor yang menghubunginya, tapi tidak pernah dijawab.

Tugas menggambar bangunan di luar kampus membuat Rindu sejenak melupakan buku agendanya. Cuaca yang panas terik membuat Rindu beranjak dari tempatnya dan menuju salah satu toko untuk membeli minuman. Tanpa disengaja, Rindu bertemu dengan ayahnya di sana.

Kebetulan Ayah Rindu sedang berada di Jogja. Permasalahannya adalah, Rindu berbohong kepada ayahnya. Ayahnya tahu Rindu kuliah di Surabaya, bukan di Jogja. Kuliah di Jogja adalah keinginan Rindu yang ditentang ayahnya. Rindu ingin kuliah di Universitas Mayapada di Jogja, agar dia bisa dekat dengan ibunya yang sedang koma di Rumah Sakit Mayapada.

Rindu beralasan bahwa dia sedang ada tugas dari kampusnya ke Jogja. Dan agar ayahnya tidak curiga, Rindu menemani ayahnya mencari oleh-oleh.

Mampukan Rindu untuk tetap merahasiakan kuliahnya kepada ayahnya? Bagaimana pula dengan nasib buku agenda Rindu? Dengan kuliahnya yang super sibuk?

Pengarang buku ini adalah kakak tingkatku dulu di kampus arsitetur, kehidupan seorang mahasiswa arsitektur menjadi latar dari cerita ini. Di dalam buku ini dipaparkan dengan detil, seperti apa sih kuliah di jurusan arsitektur itu? Kuliah yang penuh perjuangan dan kurang tidur, semuanya pernah aku alami. Berkesan sih, tapi tetap tidak mau diulang lagi hehehe.

Pengarang berhasil menciptakan tokoh-tokoh dengan karakter yang kuat menurutku. Dan walaupun karakter mereka berbeda-beda, mereka tetap bisa akur dan saling mendorong satu sama lain. Sesuatu yang jarang bisa terjadi di dunia nyata.

Banyak istilah-istilah dalam dunia arsitektur yang dipakai di buku ini. Mungkin seharusnya ada bagian yang berisi penjelasan tentang kata-kata tersebut di buku ini, supaya pembaca yang tidak paham dengan dunia arsitektur bisa membayangkan kata yang dimaksud.

Secara keseluruhan ini adalah cerita bertema cinta, cinta kepada Ibu, cinta segitiga, cinta terlarang dan cinta-cinta lainnya. Di awal-awal membaca, ceritanya memang terlihat biasa, bahkan aku sering berpikir sebenarnya inti dari cerita ini apa. Tapi pengarang mulai memberi penjelasan di tengah-tengah cerita, dan akhirnya aku mulai bisa menikmati cerita ini.

Yuk membaca ^^

post signature




2 comments:

  1. Mbak Dona arsitek ya? eh..hehehea aku udah lama enggak baca novel nih

    ReplyDelete

enjoy your reading and don't forget to leave comment here