[Resensi] Konstelasi Rindu
Akhirnya Rindu Vanilla menyandang status mahasiswa arsitektur. Ia akan belajar mendesain bangunan menakjubkan seperti Menara Eiffel, atau gedung pertunjukan seperti Sydney Opera House, atau taman buatan Gaudi, mungkin juga mendesain barisan pencakar langit yang menghutan di New York City, atau mal, atau... rumah, tentu saja. Untuk seseorang yang ia kasihi.
Akhirnya Rindu Vanilla menyandang status mahasiswa arsitektur. Ia akan belajar mendesain bangunan menakjubkan seperti Menara Eiffel, atau gedung pertunjukan seperti Sydney Opera House, atau taman buatan Gaudi, mungkin juga mendesain barisan pencakar langit yang menghutan di New York City, atau mal, atau... rumah, tentu saja. Untuk seseorang yang ia kasihi.
Namun di hari pertama kuliah, ia sadar menjadi arsitek tidak
semudah yang dibayangkan. Berkutat dengan garis lurus selama seminggu penuh,
lembur hanya untuk mengarsir, bukan bagian dari impian indahnya.
Menjadi arsitek juga menjadi impian Djo, Bening, Langit,
Sherin, dan Saras. Bersama-sama mereka menjadi bagian dari konstelasi Rindu
dalam menjalani kehidupan kampus. Bagaimana mereka belajar memaknai setarik
garis yang menghubungkan impian mereka masing-masing?
Penulis: Farah Hidayati
Desain sampul: Farah Hidayati
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Hari pertama kuliah. Rindu sangat bersemangat. Selasar
kampus ramai dengan mahasiswa. Kuliah diawali dengan perkenalan para dosen dan
penjelasan singkat tentang Studio Perancangan Arsitektur.
Pelajaran ini adalah pelajaran paling mendasar tentang
arsitektur, dan mereka akan memulai pelajaran dengan membuat garis. Para
mahasiswa harus bisa membuat garis yang lurus dan konstan tanpa bantuan
penggaris. Hari keempat kuliah, Rindu masih berkutat dengan garis-garisnya. Ini
tak semudah yang dibayangkannya.
Langit menemukan buku agenda yang terjatuh di dekat mejanya.
Sketsa wanita yang ada di agenda membuatnya memutuskan untuk membawa buku
agenda itu. Langit membolak-balik buku
agenda dan menemukan nama pemiliknya. Rindu Vanilla. Langit tidak pernah
tahu ada temannya yang bernama itu.
Ketika sampai di bagian belakang buku, ada beberapa uang
ratusan ribu. Langit tidak mau dibilang pencuri, maka ia memutuskan untuk
mengembalikan buku itu. Langit menelepon nomor yang tertera di buku.
Rindu menyuruh penelpon untuk membawa buku agendanya besok.
Rindu yakin bahwa yang membawa buku agendanya adalah Djo, dan dia berpesan
supaya uang yang ada di agenda jangan sampai hilang.
Keesokan hari, Langit menghampiri Rindu dan Bening di
selasar kampus. Dia membuka tasnya dan mengeluarkan segala isinya, tapi buku
agenda itu tidak ada di tasnya. Langit berpura-pura meminta kertas berwarna
kepada Rindu dan Bening supaya mereka tidak bingung.
Rindu menagih buku agendanya kepada Djo, tapi Djo bersikeras
bahwa bukan dia yang membawanya ataupun yang menelpon Rindu kemarin. Rindu
menunggu sampai akhir kuliah, tapi tidak ada seorang pun yang mengembalikan buku
agendanya. Dia menelepon nomor yang menghubunginya, tapi tidak pernah dijawab.
Tugas menggambar bangunan di luar kampus membuat Rindu
sejenak melupakan buku agendanya. Cuaca yang panas terik membuat Rindu beranjak
dari tempatnya dan menuju salah satu toko untuk membeli minuman. Tanpa
disengaja, Rindu bertemu dengan ayahnya di sana.
Kebetulan Ayah Rindu sedang berada di Jogja. Permasalahannya
adalah, Rindu berbohong kepada ayahnya. Ayahnya tahu Rindu kuliah di Surabaya,
bukan di Jogja. Kuliah di Jogja adalah keinginan Rindu yang ditentang ayahnya.
Rindu ingin kuliah di Universitas Mayapada di Jogja, agar dia bisa dekat dengan
ibunya yang sedang koma di Rumah Sakit Mayapada.
Rindu beralasan bahwa dia sedang ada tugas dari kampusnya ke
Jogja. Dan agar ayahnya tidak curiga, Rindu menemani ayahnya mencari oleh-oleh.
Mampukan Rindu untuk tetap merahasiakan kuliahnya kepada
ayahnya? Bagaimana pula dengan nasib buku agenda Rindu? Dengan kuliahnya yang
super sibuk?
Pengarang buku ini adalah kakak tingkatku dulu di kampus
arsitetur, kehidupan seorang mahasiswa arsitektur menjadi latar dari cerita
ini. Di dalam buku ini dipaparkan dengan detil, seperti apa sih kuliah di
jurusan arsitektur itu? Kuliah yang penuh perjuangan dan kurang tidur, semuanya
pernah aku alami. Berkesan sih, tapi tetap tidak mau diulang lagi hehehe.
Pengarang berhasil menciptakan tokoh-tokoh dengan karakter
yang kuat menurutku. Dan walaupun karakter mereka berbeda-beda, mereka tetap
bisa akur dan saling mendorong satu sama lain. Sesuatu yang jarang bisa terjadi
di dunia nyata.
Banyak istilah-istilah dalam dunia arsitektur yang dipakai
di buku ini. Mungkin seharusnya ada bagian yang berisi penjelasan tentang
kata-kata tersebut di buku ini, supaya pembaca yang tidak paham dengan dunia
arsitektur bisa membayangkan kata yang dimaksud.
Secara keseluruhan ini adalah cerita bertema cinta, cinta
kepada Ibu, cinta segitiga, cinta terlarang dan cinta-cinta lainnya. Di
awal-awal membaca, ceritanya memang terlihat biasa, bahkan aku sering berpikir
sebenarnya inti dari cerita ini apa. Tapi pengarang mulai memberi penjelasan di
tengah-tengah cerita, dan akhirnya aku mulai bisa menikmati cerita ini.
Yuk membaca ^^
Mbak Dona arsitek ya? eh..hehehea aku udah lama enggak baca novel nih
ReplyDeleteiya
Deleteaku juga baru mulai lagi baca novel >_<