[Resensi] Konstelasi Rindu
Akhirnya Rindu Vanilla menyandang status mahasiswa arsitektur. Ia akan belajar mendesain bangunan menakjubkan seperti Menara Eiffel, atau gedung pertunjukan seperti Sydney Opera House, atau taman buatan Gaudi, mungkin juga mendesain barisan pencakar langit yang menghutan di New York City, atau mal, atau... rumah, tentu saja. Untuk seseorang yang ia kasihi.
Akhirnya Rindu Vanilla menyandang status mahasiswa arsitektur. Ia akan belajar mendesain bangunan menakjubkan seperti Menara Eiffel, atau gedung pertunjukan seperti Sydney Opera House, atau taman buatan Gaudi, mungkin juga mendesain barisan pencakar langit yang menghutan di New York City, atau mal, atau... rumah, tentu saja. Untuk seseorang yang ia kasihi.
Namun di hari pertama kuliah, ia sadar menjadi arsitek tidak
semudah yang dibayangkan. Berkutat dengan garis lurus selama seminggu penuh,
lembur hanya untuk mengarsir, bukan bagian dari impian indahnya.
Menjadi arsitek juga menjadi impian Djo, Bening, Langit,
Sherin, dan Saras. Bersama-sama mereka menjadi bagian dari konstelasi Rindu
dalam menjalani kehidupan kampus. Bagaimana mereka belajar memaknai setarik
garis yang menghubungkan impian mereka masing-masing?